Kamis, 31 Desember 2009

contoh pengajaran remidial

A. IDENTITAS ANAK

Nama : Siti (nama samaran)

Usia : 14 (Empat belas) tahun

Kelas : 6 (Enam) SDLB

Sekolah : SLB x

saudara : 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara

Alamat : sukadasi maju

Nama Ayah: Suparman

Nama Ibu : Sarifah

B. MENELAAH KASUS

Siti adalah seorang anak tunarungu. Telinga kanannya dapat mendengar meskipun samar-samar, Sedangkan telinga kirinya tidak dapat mendengar. Pada awal siti mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu pada materi negara-negara di Asia Tenggara. Siti tidak faham tentang lokasi negara dan macam-macam bentuk pemerintahannya. Hal ini disebabkan dari segi intern adalah daya absrak dan ingatan anak yang kurang bila dibanding anak normal; Tingkat pemahaman anak tunarungu juga lebih sulit sebab kosa kata yang dimiliki anak sedikit, sehingga lebih sulit memberi pemahaman pada anak tunarungu; dan segi ekstern adalah mengenai kondisi sekolah yaitu dari segi sumber daya manusia yang kurang mendukung, guru jarang masuk kelas, penggunaan metode dan media yang monoton, guru kurang kreatif dan tampak kurang loyal. Guru lebih sering datang memberikan tugas soal lalu pergi, atau kadang datang sekedar meminta anak untuk merangkum materi yang ada di buku paket. Padahal semua siswa sudah mempunyai buku paket tersebut. Rekomendasinya adalah 3x30 menit dalam seminggu. Menggunakan media atlas, gambar simbul negara dan kartu deskripsi macm-macam negara. Bila ini dilakukan dengan baik maka anak akan mengalami peningkatan pemahaman tentang materi negara-negara di Asia Tenggara.

Setelah saya kembali ke sekolah lagi ternyata siti sudah tidak mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut. Siti justru memaparkan tentang materi yang tengah dirasa paling sulit, Yaitu matematika pada materi volume bangun ruang. Siti sudah menguasai konsep tambah kurang dengan baik tetapi pada penerapan dalam rumus menghitung volume bangun ruang merasa kesulitan, dikarenakan berhubungan dengan penghitungan waktu.

C. ALTERNATIF TINDAKAN

1. Tujuan Pengajaran Remidial

Pemberian pengajaran remidial bertujuan agar peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat mencapai pemahaman materi dan peningkatan prestasi, minimal diatas kriteria minimum (KM) melalui proses perbaikan.

2. Waktu

Oleh sebab yang melakukan remidial adalah mahasiswa sendiri, maka waktu pelaksanaan pengajaran remidial dilakukan pada saat jam istirahat dan setelah pulang sekolah.

3. Materi

Materi pengajaran remidial adalah materi menghitung volume bangun ruang.

4. Metode

Tanya jawab dan pemberian tugas.

5. Media

a) Jam beker

b) Bangun ruang kubus ( toples kotak )

c) Air

6. Strategi

a) Tentor menjelaskan dengan media yang sebelumnya telah dipersiapkan.

b) Tanya jawab tentang kesulitan/faham tentang simulasi dan latihan soal yang dikerjakan bersama.

c) Pemberian tugas.

7. Sumber belajar

a) Lingkungan sekolah

b) Alat peraga

8. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil latihan yang telah dikerjakan oleh anak. Bila benar semua berarti anak sudah tidak mengalami kesulitan belajar. Bila hanya benar setengah atau justru kurang dari setengah maka perlu dilakukan pengajaran remidial dan metode yang lebih tepat agar anak menguasai tersebut.

D. PELAKSANAAN REMEDIAL

Selama proses pengajaran remidial anak memperhatikan dengan seksama. Jika ada sesuatu hal yang belum jelas maka anak tidak segan-segan untuk bertanya. Selama proses berjalan mengalami kendala dalam penyampaian. Penyampaiannya harus pelan-pelan dan menggunakan metode komtal dengan lebih dominan memakai bahasa isyarat, karena anak kurang memahami dengan bahasa oral. Awal pertemuan kami merasa kesulitan beradaptasi dengan keterbatasan yang dimiliki masing-masing, yaitu mahasiswa sedikit mengetahui bahasa isyarat, sedangkan anak hanya sedikit memahami bahasa oral. seringkali kami menggunakan tulisan untuk menjelaskan maksud masing-masing. lama-lama kami dapat beradaptasi dengan baik. Kami dapat memahami apa maksud masing-masing dengan sesekali menuliskannya. Anak sudah terbiasa dengan bibir mahasiswa sehingga dapat lip reading, mahasiswa juga dapat belajar bahasa isyarat dalam proses pengajaran remidial.

Pertama mahasiswa melakukan simulasi pengisian air ke dalam toples kotak. Dari sini diketahui bahwa proses menuangkan memerlukan waktu pengisian. Sehingga dapat menjelaskan tentang rumus volume bangun ruang yang sedang dibahas. Kedua, mahasiswa melakukan latihan bersama. Memberitahu langkah-langkah pengerjaan. Terjadi proses tanya jawab antara anak dan mahasiswa. Selanjutnya anak diberikan tugas latihan mengerjakan soal penghitungan volume bangun ruang. Selama proses berlangsung anak mengalami kesulitan, maka mahasiswa segera memberikan bantuan agar anak faham dan kemali mengarjakan secara mandiri. Setelah selesai mahasiwa mengevaluasi hasil latihan dan memberikan tugas untuk diidentifikasi tentang kesulitan belajar anak.

E. PENGUKURAN HASIL BELAJAR

Hasil pengajaran remidial dapat dikatakan berhasil. Hal ini sudah sesuai dengan tujuan pengajaran remidial yaitu agar peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat mencapai pemahaman materi dan peningkatan prestasi, minimal diatas kriteria minimum (KM) melalui proses perbaikan. Terbukti anak dapat memahami konsep waktu (jam, menit, detik), anak sudah dapat mampu menghitung volume bangun ruang.

F. REDIAGNOSTIK

Dari hasil pengukuran hasil belajar dapat dijadikan rediagnosis yaitu tentang kondisi anak sebagai berikut. Anak sudah tidak mengalami kesulitan belajar pada materi menghitung volume bangun ruang. Anak mengetahui bahwa bangun ruang dapat diisi karena mempunyai ruang dan dapat dihitung volumenya. Anak mengetahui konsep waktu, satu jam ada berapa menit, satu menit ada berapa detik, dan bila dibalik-balik masih agak bingung tetapi anak dapat menjawabnya dengan baik. Pengajaran remidial ini dapat dikatakan berhasil dan dapat diakhiri.

contoh Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran SBK materi keteranpilan vocasional


A. KEMEMPUAN ANAK TUNARUNG

Kognisi anak tunarungu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar.

2 Namun performance IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar.

3. Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak mendengar terutama pada informasi yang bersifat suksesif/berurutan.

4. Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak mendengar tidak ada perbedaan.

5. Daya ingat jangka panjang hampir tak ada perbedaan, walaupun prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah.

B. JENIS KETERAMPILAN

Membuat kardus dan figura dari tanaman enceng gondok

C. KURIKULUM

1. Dasar

- Standar kompetensi :

Mengetahui proses pembuatan kertas dari taman enceng gondok.

- Kompetensi dasar :

a) Memahami proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok.

b) Mengidentifikasi fungsi dan manfaat dari alat dan bahan.

- Bahan ajar :

a) Proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok.

b) Jenis dan fungsi peralatan, serta bahan.

c) Teknik pembuatan produk.

- Task analisys

a) Anak mencari tahu proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok.

b) Anak mendiskusikan dengan teman yang lain.

c) Pembahasan bersama dengan guru.

d) Anak memegang satu per satu alat yang digunakan untuk proses pembuatan.

e) Anak membedakan alat dan bahan.

f) Anak mencari tahu fungsi dan kegunaan alat dan bahan.

g) Mengidentifikasi teknik pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok.

2. Terampil

- Standar kompetensi :

membuat kertas dari tanaman enceng gondok.

- Kompetensi dasar :

Mampu membuat tanaman dari tanaman enceng gondok.

- Bahan ajar :

a) Proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok

b) Teknik pembuatan produk.

- Task analisys :

a) Mempersiapkan bahan-bahan.

b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

c) Memotong tanaman enceng gondok menjadi kecil-kecil.

d) Memasukkan tamanan enceng gondok ke dalam blender.

e) Menghidupkan tombol on untuk menghidupkan blender.

f) Menunggu hingga tamanan halus.

g) Menekan memutar tanda off pada blender agar blender mati.

h) Menuangkan bubur tamanan enceng gondok dalam wadah.

i) Mencampur bubur dengan tepung kanji dan air.

j) Aduk hingga merata dan menyatu.

k) Tuangkan adonan dalam cetakkan.

l) Jemur di bawah terik matahari.

3. Mahir

- Standar kompetensi :

Membuat figura dari kertas enceng gondok.

- Kompetensi dasar :

a) Mampu medesain figura dari kertas enceng gondok.

b) Mempu membuat figura dari kertas enceng gondok.

- Bahan ajar :

a) Tehnik pembuatan figura

b) Alat dan bahan pembuatan figuara.

- Task analisys :

a) Mendesain figura sesuai dengan yang diinginkan.

b) Mengambar pola pada kertas enceng gondok.

c) Menggunting kertas sesuai dengan pola.

d) Melumuri kertas dengan lem kertas.

e) Menempelkan kertas-kertas yang sudah digunting agar terbentuk satu figura.

f) Olesi figura dengan lem sesuai dengan kebutuhan.

g) Menghias figura dengan pasir pantai dan manic-manik dan tumbuhan kering.

D. RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN ( RPP )

Kelas : VIII ( Delapan) SMPLB

Mata Pelajaran : Keterampilan

Semester : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

Standar kompetensi:

membuat kertas dari tanaman enceng gondok

Kompetensi dasar :

Mampu membuat tanaman dari tanaman enceng gondok.

Indikator :

a) mengidentifikasi langkah-langkah pembuatan kerts dari enceng gondok.

b) Mampu membuat kertas dari tanaman enceng dondok.

A. Tujuan Pembelajaran (tingkat terampil)

Setelah selasai pembelajaran siswa diharapkan :

1) Anak mampunyai keterampilan vocational.

2) Menambah pengetahuan.

3) Mampu membuat kertas dari tanaman enceng gondok.

B. Materi Ajar

1) Proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok

2) Teknik pembuatan produk.

C. Metode Pembelajaran

1) Demontrasi

2) Praktik

3) Pemberian tugas

D. Alat dan Bahan

1) Alat :

- Pisau

- Blender

- Wadah baskom

- Cetakan datar (loyang)

- Alat pengaduk (irus)

2) Bahan :

- Tanaman enceng gondok

- Tepung kanji

- Air

E. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran

1) Mempersiapkan bahan-bahan.

2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

3) Memotong tanaman enceng gondok menjadi kecil-kecil.

4) Memasukkan tamanan enceng gondok ke dalam blender.

5) Menghidupkan tombol on untuk menghidupkan blender.

6) Menunggu hingga tamanan halus.

7) Menekan memutar tanda off pada blender agar blender mati.

8) Menuangkan bubur tamanan enceng gondok dalam wadah.

9) Mencampur bubur dengan tepung kanji dan air.

10) Aduk hingga merata.

11) Tuangkan adonan dalam cetakkan.

12) Jemur di bawah terik matahari.

13) tunggu hingga kering dan jadi kertas.

F. Kegiatan

1) Awal

- Memotivasi anak agar semangat sebelum melakukan pembelajaran.

- Tenanyakan pada anak kerajinan apa yang di sukai anak.

- Membuat kelas menyenangkan dan menarik.


2) Inti

- Anak mengidentifikasi macam alat yang digunakan.

- Anak mendiskusikan proses pembuatn kertas dari tanaman enceng gondok.

- Demontrasikan pembuatan kertas dari enceng gondok oleh guru dan diperhatikan oleh anak.

- Masing-masing siswa praktik membuat kertas dari enceng gondok.

3) Akhir

- Anak dan guru bersama-sama merefleksi apa yang telah dipelajari.

- guru memberikan sedikit motivasi.

- Pemberian tugas indivdu.

- Penilaian

Bentuk instrumen : Tes Proses dan produk (hasil)

Instrumen :

a) Jelaskan proses pembuatan kertas dari tanaman enceng gondok

b) Diskripsikan jenis dan fungsi peralatan!

c) Tunjukkan hasil tugas pembuatan kertas dari enceng gondok.

Selasa, 29 Desember 2009

isu pendidikan inklusi

A. Konsep Dasar Inklusi

1. Pengertian ABK

Pengertian Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dibanding dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika peserta didik yang mengalami kelainan atau penyimpangan yang tidak signifikan dan telah dapat dikoreksi dengan alat bantu tidak memerlukan pendidikan khusus, peserta didik tersebut tidak termasuk peserta didik yang berkebutuhan khusus. Lynnch, (1994), anak berkebutuhan khusus adalah semua anak yang mengalami gangguan fisik, mental dan emosi atau kombinasi dari gangguan-gangguan tersebut sehingga mereka membutuhkan pendidikan secara khusus dengan guru dan sistem atau lembaga khusus baik secara permanen maupun secara temporal. Akan tetapi perkembangan dewasa ini di Indonesia muncul isu pendidikan yang sedang marak yaitu sekolah inklusi yang dapat memberikan kesempatan yang sama antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal untuk menerima pendidikan yang sama dalam satu kelas.

2. Pengertian Inklusi

Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan dimana semua murid dengan kebutuhan khusus diterima dikelas regular di sekolah yang berlokasi di daerah mereka dan mendapatkan berbagai layanan pendukung. Pendidikan tersebut berdasarkan kebutuhan mereka dengan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam satu kesatuan yang sistemik agar semua dapat terakomodasi. Hal tersebut membutuhkan metode yang tepat oleh setiap guru dalam setiap kelas inklusif yang memungkinkan meningkatkan kemampuan setiap peserta didik. Jadi, dalam kelas inklusif dibutuhkan kreatifitas dari seorang guru bagaimana mengelola pembelajaran di kelas agar dapat mencangkup semua kebutuhan anak di kelas. Untuk itu, juga dibutuhkan menejemen kurikulum yang sesuai dan fleksibel.

B. Menejemen Pendidikan Inklusi

1. SDM

Menejemen Pndidikan inklusi dilaksanakan dengan melibatkan unsur yang ada yaitu anak, guru, orangtua, dan masyarakat. Semua anak tanpa memandang perbedaan dilibatkan dalam proses pembelajaran. Guru juga diberi kesempatan untuk belajar lebih banyak metode dan materi pembelajaran yang berfariasi dengan kebutuhan peserta didik. Guru mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang menghargai perbedan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, social ekonomi, suku, agama, dan sebagainya. Sehingga dibutuhkan waktu dari guru untuk mempersiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Pelaksanaan pendidikan inklusi membutuhkan komitmen, visi yang jelas dan pengembangan staff. Selain itu orangtua dan masyarat dilibatkan dalam pembelajaran anak di sekolah.

2. Peranan

Munculnya sekolah inklusi karena memiliki beberapa keistimewaan antara lain : 1) keberadaan anak berkebutuhan khusus diakui sejajar dengan anak normal; 2) lingkungan mengajarkan kebersamaan dan menghilangkan diskriminasi; 3) memberi kesan pada orang tua dan masyarakat bahwa anak berkebutuhan khususpun mampu seperti anak pada umumnya; 4) anak yang berkelainan akan belajar menerima kekurangan; 5) aktivitas yang mungkin dapat diikuti anak berkebutuhan khusus ada kesempatan untuk berpartisipasi sehingga dapat menunjukkan kemampuannya di lingkungan anak normal; dan 6) membutuhkan pegangan diri yaitu dnegan belajar secara kompetitif, eksistensi anak berkebutuhan khusus akan lebih dapat bersaing dengan anak normal.

3. Desain Kurikulum

Kurikulum

Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 19 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, teknik penilaian, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan, yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Untuk pengembangan kurikulum selanjutnya diserahkan pada satuan pendidikan masing-masing yang nantinya dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Substansi pengembangan kurikulum yang lebih rinci dilakukan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kelompok Mata Pelajaran, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Kurikulum ini dikembangkan di tingkat satuan pendidikan dengan mengingat kondisi daerah dan kondisi kemampuan peserta didik.

Model Pengembangan Kurikulum

1. Model kurikulum umum (reguler)

Pada model kurikulum ini peserta didik berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum umum, sama seperti peserta didik lainnya di dalam kelas yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.
2. Model kurikulum umum dengan modifikasi

Pada model kurikulum ini ABK menggunakan kurikulum perpaduan antara kurikulum umum dengan kurikulum PPI. Operasional pengembangan kurikulum ini, dilakukan dengan cara memodifikasi kurikulum umum disesuaikan dengan potensi dan karakteristik ABK. Dengan kurikulum modifikasi ini diharapkan ABK dapat mengikuti pembelajaran pada kelas umum secara klasikal bersama anak-anak umum lainnya.

3. Model kurikulum yang diindividualisasikan

Pada model kurikulum ini, ABK menggunakan kurikulum yang diindivualisasikan, dalam format program pendidikan individual (PPI). Sesuai dengan sifat dan karakteristiknya, kurikulum ini sering disebut model kurikulum PPI, yang dikembangkan secara khusus oleh guru pendidikan khusus di sekolah inklusif. Model kurikulum PPI ini dipersiapkan untuk ABK yang tidak dapat mengikuti kurikulum umum maupun kurikulum modifikasi. Standar kompetensi dalam kurikulum PPI dirumuskan berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh guru pendidikan khusus bersama tim ahli terkait. Implementasi Pengembangan Kurikulum dalam Setting Inklusif
Implementasi pengembangan kurikulum dari ketiga model di atas dituangkan dalam format lampiran berikut.

Model relasi kurikulum

Model relasi kurikulum yang disajikan di sini adalah satu contoh alat profesional untuk menciptakan situasi belajar dan mengajar yang relevan dengan memperhatikan pluralitas kebutuhan khusus individual setiap siswa. Model ini diarahkan pada dimensi-dimensi berikut dalam pengajaran dan pendidikan kebutuhan khusus yang praktis:

· Sebagai panduan untuk mengkaji beberapa aspek vital dan proses dalam hubungan belajar dan mengajar

· Untuk mendukung kesadaran akan inter relasi yang berkesinambungan antara aspek-aspek dan proses-proses ini

· Sebagai panduan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang penting, untuk menemukan sub-aspek dan proses-proses yang penting, untuk mengumpulkan pengetahuan yang relevan, dan untuk melatih keterampilan mengajar yang lazim, yang bertujuan untuk memenuhi pluralitas kebutuhan pendidikan khusus dan kapasitas para siswa di sekolah inklusif

· Sebagai panduan untuk perencanaan jangka panjang serta jangka pendek

· Sebagai kerangka sistem dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi situasi belajar/mengajar bagi individu siswa maupun kelompok dan seluruh kelas.

Model Kelas Inklusi

Direktorat PLB (2007: 7) menjelaskan tentang penempatan anak berkelainan di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut:

1. Kelas reguler (inklusi penuh): Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.

2. Kelas reguler dengan cluster: Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.

3. Kelas reguler dengan pull out: Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out: Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.

5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian: Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

6. Kelas khusus penuh: Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.

  1. Evaluasi ABK

Sistem evaluasi yang fleksibel memiliki dua model yaitu dengan tes yang nilainya bisa kuantitatif dan kualitatif, dan peneriamaan anak tanpa tes serta ujian dilakukan secara lokal bagi tingkat dasar dengan model sistem kenaikan kelas otomatis. Dengan demikian, peluang ini bisa kita manfaatkan untuk menuju pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah bagi semua anak, karena proses pembelajarannya senantiasa di sesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik setiap anak.

C. Daftar Pustaka

Dapa,Aldjon. MENEJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI. 2007. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagakerjaan

Delphie, Bandi. PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA: suatu pengantar dalam pendidikan inklusi. 2006. Bandung: PT Rafika Aditam

http://andhisetiawan.blogspot.com/2009/05/pendidikan-inklusi.html

http://www.madina-sk.com/index.php?option=com_content&task=view&id=812&Itemid=10

http://inti.student.fkip.uns.ac.id/2009/01/15/pendidikan-inklusive/

http://hmmmm-ceweknie.blogspot.com/2009/04/pengembangan-kurikulum-inklusi.html

http://smk6-padang.sch.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=13&artid=150